Kisah tanah Jawa kita kali ini berjudul Kisah Jejak di Balik Kabut yang merupakan sebuah storytelling video kekinian abad ini, spesial persembahan dari Permata TV untuk sahabat tercinta semuanya. Sebuah kisah hikmah yang diangkat dari sebuah novel cerita silat atau serial silat bernuansa kisah da
1. Pedang Langit dan Golok Naga tahun 1986. Adaptasi Pedang Langit dan Golok Naga terbaik jatuh pada yang versi tahun 1986, diperankan oleh Tony Leung sebagai Tio Buki (Zhang wuji dalam mandarin), dan Kitty Lai sebagai Tio Beng (Zhao Min dalam bahasa mandarin). Cerita ini lebih dikenal dengan judul hokkiennya yaitu To Liong To.
Pelangi di Langit Singasari 223 ini adalah kisah tanah Jawa karya beliau Ki Singgih Hadi Mintardja yang kemudian biasa populer dengan sebutan SH Mintardja. K
BeliCerita Silat Rajawali Sakti Online terdekat di Jawa Timur berkualitas dengan harga murah terbaru 2021 di Tokopedia! Pembayaran mudah, pengiriman cepat & bisa cicil 0% Website tokopedia memerlukan javascript untuk dapat ditampilkan.
CERSIL JAWA 13 TOLIONGTO Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa
Cerita Silat Serial Raja Petir (Bondan Pramana) 01: Pembalasan Berdarah1 Usia senja nampaknya sudah semakin larut saja. Bahkan keindahannya makin terganggu oleh ledakan guntur yang terdengar saling bersahutan.
Cincin Warisan Setan. 024. Penculik Mayat Hutan Roban. 025. Cinta Orang Orang Gagah (sequel episode Hancurnya Istana Darah) 026. Iblis Iblis Kota Hantu. 027. Khianat Seorang Pendekar.
Cerita Silat Jawa Singkat & Menarik: Cerita Para Pendekar Nusantara. Halo teman-teman, kali ini saya akan share kumpulan kisah para jago dari tanah Jawa dalam tema Cerita Silat Jawa. Sebelumnya saya juga sudah menulis beberapa topik serasi, seperti: Kumpulan cerita anak islami pilihan terbaik, sangat mendidik untuk dibaca anak.
BATARA - KABUT DI TELAGA SEE-OUW. Written by CERITA SILAT ASMARAMAN SUKOWATI KHO PING HOO on 23.52 in BATARA, cerita silat. BATARA - KABUT DI TELAGA SEE-OUW. Berikut Karya Batara dari Berbagai Sumber ( Kolektor Ebook, Dunia Kang-ouw, Kangzusi dll) A. SERI PENDEKAR RAMBUT EMAS. 1.
KUMPULAN CERITA SILAT TERBAIK SEPANJANG MASA. Seri Oey Eng Burung Kenari. Tj ji int tj ji in Mi irah. Karya : Siau Ping Saduran : T. Sumber DJVU : Manise. Ebook oleh : Dewi KZ. Tiraikasih Website.
Cersil ke 19 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan
Waktu itu pada masa pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Pajang setelah gugurnya Arya Penangsang dan sebelum upaya Sutawijaya membuka Hutan Mentaok menjadi Kera
Cersil ke 10 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita sila
Cerita Silat ke 28 Kembalinya Pendekar Rajawali Sakti Tag:Penelusuran yang terkait dengan cersil cersil indo cersil mandarin full cerita silat mandarin online cersil langka cersil mandarin lepas cerita silat pendekar matahari kumpulan cerita silat jawa cersil mandarin beruang salju.
Agar suasana terbiasa sebagaimana di Api di Bukit Menoreh maupun di Pelangi di Langit Singasari maka Gagakseta dimodifikasi identik dengan kedua blog tersebut untuk menampilkan dan melestarikan Cerita Silat Indonesia, baik yang merupakan karya asli maupun gubahan hasil karya cipta anak bangsa Indonesia, seperti karya-karya Almarhum Singgih Hadi
2e1iE.
Digemari Presiden hingga Pembaca yang Balas Dendam Di sela kemeriahan ulang tahun republik ini tiap 17 Agustus, tidak banyak yang tahu bahwa tanggal tersebut adalah hari lahir maestro penulis cerita silat. Penulis itu berjasa menumbuhkan minat baca remaja Indonesia era ’70-an hingga ’80-an. Tak lain adalah Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo. WAHYU KOKKANG, Solo-Sragen, Jawa Pos ANDA mengenal nama-nama seperti Soeharto, Habibie, Gus Dur, Sultan Hamengkubuwono IX, Mahfud MD, Emha Ainun Nadjib, atau Tri Rismaharini? Mereka adalah tokoh besar dari latar belakang dan profesi berbeda. Tapi ada satu hal yang membuat mereka sama. Apa itu? Mereka adalah penggemar cerita silat cersil karya Kho Ping Hoo. Gaya tulisannya yang menarik, diselingi alur cerita dan konflik yang seru serta memantik imajinasi pembaca, membuat penggemar ceritanya penasaran untuk terus melanjutkan ke jilid atau judul-judul berikutnya. Penggemar cersilnya beragam. Dari masyarakat biasa hingga pejabat dan tokoh-tokoh penting yang disebutkan tadi. Budi Santoso, petani tembakau di Temanggung, mengungkapkan kenangannya saat masih SMP di tahun ’70-an. Saat itu ada belasan teman di kelompoknya. Dari belasan itu, dia dan dua anak lagi terbiasa membaca cersil Kho Ping Hoo. ”Kami sering ngobrol tentang kisah seru di cersil itu dan memperagakan gerakan-gerakan silatnya. Teman yang lain penasaran dan kemudian satu per satu ikut membaca. Akhirnya, kami semua menjadi pembaca setia Kho Ping Hoo hingga dewasa,” kenangnya. Sementara itu, Supradaka, dosen sebuah perguruan tinggi di Jakarta, tertarik karena cersil Kho Ping Hoo menyajikan konflik antartokoh dengan menarik dan kadang mengejutkan. ”Saya selalu dibuat penasaran oleh ceritanya dan tambahan ilustrasi di cersil ini benar-benar membangun imajinasi saya,” jelas pengagum kisah Pendekar Bongkok, salah satu judul dari seri Bu Kek Siansu, karya masterpiece Kho Ping Hoo. Lain lagi pengakuan Hari Hardono. Pemerhati komik kelahiran Semarang itu lebih menyukai karya Kho Ping Hoo yang berlatar silat Indonesia. Judul favoritnya adalah Badai Laut Selatan. ”Bahasanya runtut dan enak dibaca. Apalagi, ada bumbu erotis yang dikemas dengan manis,” ujar lelaki penggemar paku payung pines itu. Kho Ping Hoo lahir di Sragen pada 17 Agustus 1926. Anak ke-2 dari 12 bersaudara pasangan Kho Kiem Poo dan Sri Welas Asih itu hidup penuh keprihatinan. Sejak belia, Kho Ping Hoo terbiasa kerja serabutan dan upahnya diserahkan kepada sang ibu yang berprofesi sebagai pedagang di pasar. Dia sangat menyayangi ibunya. Dari sang ibulah dia mengenal banyak pelajaran dan petuah-petuah tentang kehidupan. Ibunya pandai bercerita dan merangkai kalimat-kalimat bijak yang mudah dipahami anak-anaknya. Kemampuan bercerita itulah yang kelak menurun kepada Kho Ping Hoo sehingga lihai menuliskan cerita-cerita yang menarik dalam setiap karyanya. Sedangkan dari sang ayah, dia mencontoh kebiasaan membaca buku, terutama buku-buku filsafat yang menjadi kegemarannya. Pendidikan formalnya hanya sampai kelas 1 di HIS Hollandsch-Inlandsche School. Kepiawaian menulisnya terasah secara otodidak. Kho Ping Hoo mengawali karir menulisnya tahun 1956, saat tinggal di Tasikmalaya. Awalnya, dia menulis cerpen roman percintaan di majalah Selecta, Pancawarna, Star Weekly, dan lain-lain. Bersama beberapa penulis di kota itu, dia mendirikan majalah Teratai sebagai wadah bagi komunitas penulis. Untuk mendorong penjualan Teratai, mereka punya ide memuat cerita-cerita silat yang waktu itu diminati masyarakat. Kho Ping Hoo lalu menghubungi Oey Kim Tiang, seorang penulis dan penerjemah cerita silat Mandarin yang terkenal saat itu, untuk menyumbangkan karyanya ke Teratai. Namun, permintaan tersebut ditolak. Penolakan Oey Kim Tiang itulah yang membuat Kho Ping Hoo memberanikan diri untuk mencoba menulis sendiri cerita silat, bukan menerjemahkan seperti Oey Kim Tiang. Sebab, dia memang tidak bisa membaca huruf Mandarin. Sejak saat itu Kho Ping Hoo rutin menulis cerita silat Mandarin. Judul cersil pertamanya adalah Pedang Pusaka Naga Putih Pek-liong Po-kiam. Di tahun-tahun selanjutnya, cersil karyanya terus mengalir deras dan makin digemari pembaca. Selain cersilnya dimuat di majalah, Kho Ping Hoo juga menerbitkan sendiri karya-karyanya lewat penerbit Jelita yang didirikannya serta mengedarkannya sendiri ke toko-toko buku dan persewaan komik yang pada masa itu menjamur di berbagai daerah. Pecahnya kerusuhan berbau rasial pada tahun 1963 membuat Kho Ping Hoo sekeluarga pindah ke Solo. Menurut Lina Setyowati Kho Djoen Lien, adik bungsunya di Sragen, kakaknya sangat sedih saat peristiwa itu terjadi. ”Saya nggak masalah rumah dan harta benda saya dibakar, tapi saya sangat sedih karya-karya saya ikut musnah,” kenang Lina, menirukan ucapan Koh Ping, begitu dia biasa memanggil sang kakak. Menurut Lina, Koh Ping adalah pribadi yang sangat mengayomi dan melindungi seluruh keluarga. Koh Ping juga menanggung pendidikan adik-adiknya, memberi modal usaha, bahkan membelikan tanah dan rumah untuk sang ibunda. ”Koh Ping ibarat beringin bagi kami. Dia jadi pelindung dan panutan. Dia juga menjadi penengah dan pendamai jika adik-adiknya ada masalah keluarga,” ungkap Lina. Setelah menetap di Mertokusuman, Solo, pada1964, Kho Ping Hoo mendirikan CV Gema, percetakan dan penerbit karya-karyanya selanjutnya. Dalam catatan CV Gema, Kho Ping Hoo sudah menulis 133 judul cersil, baik judul lepas maupun serial. Terdiri atas 110 judul cerita silat Mandarin dan 23 judul cerita silat berlatar budaya Indonesia. Tiap-tiap judul terdiri atas puluhan jilid. Yang terbanyak adalah Jodoh Rajawali, 62 jilid. Data itu belum mencakup karya-karya awal saat Kho Ping Hoo masih berada di Tasikmalaya. Sepeninggal Kho Ping Hoo, CV Gema dipimpin Bunawan Sastraguna, sang menantu, dibantu anak-anak Kho Ping Hoo yang lain hingga sekarang. Bunawan mengembangkan CV Gema dengan mencetak ulang karya-karya Kho Ping Hoo yang hingga kini masih sangat banyak penggemarnya. Seri Bu Kek Siansu adalah yang paling banyak dicetak ulang. Dan, dari 17 judul di seri itu, Pendekar Super Sakti merupakan judul yang paling laris. ”Kami tidak ingat lagi sudah berapa kali cetak ulang,” terang Bunawan. Pembeli cersil Kho Ping Hoo tersebar bahkan hingga mancanegara. Tercatat, ada pembeli dari Amerika, Belanda, Australia, Arab Saudi, dan Taiwan. Ada juga pembeli yang memborong dalam jumlah besar semua judul, baik untuk koleksi pribadi maupun perpustakaan. ”Ada lagi jenis ’pembaca balas dendam’, yakni mereka yang saat remaja dulu sering dimarahi orang tuanya lantaran lebih suka baca komik daripada belajar. Kini, saat mereka sudah sukses dan kaya, mereka borong semua judul karya Kho Ping Hoo untuk dibaca sesuai urutan serialnya,” imbuh Bunawan. */c11/ayi Digemari Presiden hingga Pembaca yang Balas Dendam Di sela kemeriahan ulang tahun republik ini tiap 17 Agustus, tidak banyak yang tahu bahwa tanggal tersebut adalah hari lahir maestro penulis cerita silat. Penulis itu berjasa menumbuhkan minat baca remaja Indonesia era ’70-an hingga ’80-an. Tak lain adalah Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo. WAHYU KOKKANG, Solo-Sragen, Jawa Pos ANDA mengenal nama-nama seperti Soeharto, Habibie, Gus Dur, Sultan Hamengkubuwono IX, Mahfud MD, Emha Ainun Nadjib, atau Tri Rismaharini? Mereka adalah tokoh besar dari latar belakang dan profesi berbeda. Tapi ada satu hal yang membuat mereka sama. Apa itu? Mereka adalah penggemar cerita silat cersil karya Kho Ping Hoo. Gaya tulisannya yang menarik, diselingi alur cerita dan konflik yang seru serta memantik imajinasi pembaca, membuat penggemar ceritanya penasaran untuk terus melanjutkan ke jilid atau judul-judul berikutnya. Penggemar cersilnya beragam. Dari masyarakat biasa hingga pejabat dan tokoh-tokoh penting yang disebutkan tadi. Budi Santoso, petani tembakau di Temanggung, mengungkapkan kenangannya saat masih SMP di tahun ’70-an. Saat itu ada belasan teman di kelompoknya. Dari belasan itu, dia dan dua anak lagi terbiasa membaca cersil Kho Ping Hoo. ”Kami sering ngobrol tentang kisah seru di cersil itu dan memperagakan gerakan-gerakan silatnya. Teman yang lain penasaran dan kemudian satu per satu ikut membaca. Akhirnya, kami semua menjadi pembaca setia Kho Ping Hoo hingga dewasa,” kenangnya. Sementara itu, Supradaka, dosen sebuah perguruan tinggi di Jakarta, tertarik karena cersil Kho Ping Hoo menyajikan konflik antartokoh dengan menarik dan kadang mengejutkan. ”Saya selalu dibuat penasaran oleh ceritanya dan tambahan ilustrasi di cersil ini benar-benar membangun imajinasi saya,” jelas pengagum kisah Pendekar Bongkok, salah satu judul dari seri Bu Kek Siansu, karya masterpiece Kho Ping Hoo. Lain lagi pengakuan Hari Hardono. Pemerhati komik kelahiran Semarang itu lebih menyukai karya Kho Ping Hoo yang berlatar silat Indonesia. Judul favoritnya adalah Badai Laut Selatan. ”Bahasanya runtut dan enak dibaca. Apalagi, ada bumbu erotis yang dikemas dengan manis,” ujar lelaki penggemar paku payung pines itu. Kho Ping Hoo lahir di Sragen pada 17 Agustus 1926. Anak ke-2 dari 12 bersaudara pasangan Kho Kiem Poo dan Sri Welas Asih itu hidup penuh keprihatinan. Sejak belia, Kho Ping Hoo terbiasa kerja serabutan dan upahnya diserahkan kepada sang ibu yang berprofesi sebagai pedagang di pasar. Dia sangat menyayangi ibunya. Dari sang ibulah dia mengenal banyak pelajaran dan petuah-petuah tentang kehidupan. Ibunya pandai bercerita dan merangkai kalimat-kalimat bijak yang mudah dipahami anak-anaknya. Kemampuan bercerita itulah yang kelak menurun kepada Kho Ping Hoo sehingga lihai menuliskan cerita-cerita yang menarik dalam setiap karyanya. Sedangkan dari sang ayah, dia mencontoh kebiasaan membaca buku, terutama buku-buku filsafat yang menjadi kegemarannya. Pendidikan formalnya hanya sampai kelas 1 di HIS Hollandsch-Inlandsche School. Kepiawaian menulisnya terasah secara otodidak. Kho Ping Hoo mengawali karir menulisnya tahun 1956, saat tinggal di Tasikmalaya. Awalnya, dia menulis cerpen roman percintaan di majalah Selecta, Pancawarna, Star Weekly, dan lain-lain. Bersama beberapa penulis di kota itu, dia mendirikan majalah Teratai sebagai wadah bagi komunitas penulis. Untuk mendorong penjualan Teratai, mereka punya ide memuat cerita-cerita silat yang waktu itu diminati masyarakat. Kho Ping Hoo lalu menghubungi Oey Kim Tiang, seorang penulis dan penerjemah cerita silat Mandarin yang terkenal saat itu, untuk menyumbangkan karyanya ke Teratai. Namun, permintaan tersebut ditolak. Penolakan Oey Kim Tiang itulah yang membuat Kho Ping Hoo memberanikan diri untuk mencoba menulis sendiri cerita silat, bukan menerjemahkan seperti Oey Kim Tiang. Sebab, dia memang tidak bisa membaca huruf Mandarin. Sejak saat itu Kho Ping Hoo rutin menulis cerita silat Mandarin. Judul cersil pertamanya adalah Pedang Pusaka Naga Putih Pek-liong Po-kiam. Di tahun-tahun selanjutnya, cersil karyanya terus mengalir deras dan makin digemari pembaca. Selain cersilnya dimuat di majalah, Kho Ping Hoo juga menerbitkan sendiri karya-karyanya lewat penerbit Jelita yang didirikannya serta mengedarkannya sendiri ke toko-toko buku dan persewaan komik yang pada masa itu menjamur di berbagai daerah. Pecahnya kerusuhan berbau rasial pada tahun 1963 membuat Kho Ping Hoo sekeluarga pindah ke Solo. Menurut Lina Setyowati Kho Djoen Lien, adik bungsunya di Sragen, kakaknya sangat sedih saat peristiwa itu terjadi. ”Saya nggak masalah rumah dan harta benda saya dibakar, tapi saya sangat sedih karya-karya saya ikut musnah,” kenang Lina, menirukan ucapan Koh Ping, begitu dia biasa memanggil sang kakak. Menurut Lina, Koh Ping adalah pribadi yang sangat mengayomi dan melindungi seluruh keluarga. Koh Ping juga menanggung pendidikan adik-adiknya, memberi modal usaha, bahkan membelikan tanah dan rumah untuk sang ibunda. ”Koh Ping ibarat beringin bagi kami. Dia jadi pelindung dan panutan. Dia juga menjadi penengah dan pendamai jika adik-adiknya ada masalah keluarga,” ungkap Lina. Setelah menetap di Mertokusuman, Solo, pada1964, Kho Ping Hoo mendirikan CV Gema, percetakan dan penerbit karya-karyanya selanjutnya. Dalam catatan CV Gema, Kho Ping Hoo sudah menulis 133 judul cersil, baik judul lepas maupun serial. Terdiri atas 110 judul cerita silat Mandarin dan 23 judul cerita silat berlatar budaya Indonesia. Tiap-tiap judul terdiri atas puluhan jilid. Yang terbanyak adalah Jodoh Rajawali, 62 jilid. Data itu belum mencakup karya-karya awal saat Kho Ping Hoo masih berada di Tasikmalaya. Sepeninggal Kho Ping Hoo, CV Gema dipimpin Bunawan Sastraguna, sang menantu, dibantu anak-anak Kho Ping Hoo yang lain hingga sekarang. Bunawan mengembangkan CV Gema dengan mencetak ulang karya-karya Kho Ping Hoo yang hingga kini masih sangat banyak penggemarnya. Seri Bu Kek Siansu adalah yang paling banyak dicetak ulang. Dan, dari 17 judul di seri itu, Pendekar Super Sakti merupakan judul yang paling laris. ”Kami tidak ingat lagi sudah berapa kali cetak ulang,” terang Bunawan. Pembeli cersil Kho Ping Hoo tersebar bahkan hingga mancanegara. Tercatat, ada pembeli dari Amerika, Belanda, Australia, Arab Saudi, dan Taiwan. Ada juga pembeli yang memborong dalam jumlah besar semua judul, baik untuk koleksi pribadi maupun perpustakaan. ”Ada lagi jenis ’pembaca balas dendam’, yakni mereka yang saat remaja dulu sering dimarahi orang tuanya lantaran lebih suka baca komik daripada belajar. Kini, saat mereka sudah sukses dan kaya, mereka borong semua judul karya Kho Ping Hoo untuk dibaca sesuai urutan serialnya,” imbuh Bunawan. */c11/ayi
Jawa adalah suatu lokasi geografi dan juga budaya yang sering dijadikan lokasi dan juga latar belakang dalam suatu cerita silat. Jawa bertetangga dengan Sumatra di sebelah barat, Bali di timur, Kalimantan di utara, dan Pulau Natal di selatan. Pulau Jawa merupakan pulau ke-13 terbesar di dunia. Perairan yang mengelilingi pulau ini ialah Laut Jawa di utara, Selat Sunda di barat, Samudera Hindia di selatan, serta Selat Bali dan Selat Madura di timur. Jawa memiliki luas sekitar km2.[31] Sungai yang terpanjang ialah Bengawan Solo, yaitu sepanjang 600 km.[32] Sungai ini bersumber di Jawa bagian tengah, tepatnya di gunung berapi Lawu. Aliran sungai kemudian mengalir ke arah utara dan timur, menuju muaranya di Laut Jawa di dekat kota Surabaya. Hampir keseluruhan wilayah Jawa pernah memperoleh dampak dari aktivitas gunung berapi. Terdapat tiga puluh delapan gunung yang terbentang dari timur ke barat pulau ini, yang kesemuanya pada waktu tertentu pernah menjadi gunung berapi aktif. Gunung berapi tertinggi di Jawa adalah Gunung Semeru m, sedangkan gunung berapi paling aktif di Jawa dan bahkan di Indonesia adalah Gunung Merapi m serta Gunung Kelud m. Gunung-gunung dan dataran tinggi yang berjarak berjauhan membantu wilayah pedalaman terbagi menjadi beberapa daerah yang relatif terisolasi dan cocok untuk persawahan lahan basah. Lahan persawahan padi di Jawa adalah salah satu yang tersubur di dunia.[33] Jawa adalah tempat pertama penanaman kopi di Indonesia, yaitu sejak tahun 1699. Kini, kopi arabika banyak ditanam di Dataran Tinggi Ijen baik oleh para petani kecil maupun oleh perkebunan-perkebunan besar. Dataran Tinggi Parahyangan, dilihat dari Bogor k. 1865-1872. Suhu rata-rata sepanjang tahun adalah antara 22 °C sampai 29 °C, dengan kelembapan rata-rata 75%. Daerah pantai utara biasanya lebih panas, dengan rata-rata 34 °C pada siang hari di musim kemarau. Daerah pantai selatan umumnya lebih sejuk daripada pantai utara, dan daerah dataran tinggi di pedalaman lebih sejuk lagi. Musim hujan berawal pada bulan Oktober dan berakhir pada bulan April, di mana hujan biasanya turun di sore hari, dan pada bulan-bulan selainnya hujan biasanya hanya turun sebentar-sebentar saja. Curah hujan tertinggi umumnya terjadi pada bulan-bulan bulan Januari dan Februari. Jawa Barat bercurah hujan lebih tinggi daripada Jawa Timur, dan daerah pegunungannya menerima curah hujan lebih tinggi lagi. Curah hujan di Dataran Tinggi Parahyangan di Jawa Barat mencapai lebih dari mm per tahun, sedangkan di pantai utara Jawa Timur hanya 900 mm per tahun. Lihat pula[] Preferensi mengenai Jawa zona pustaka
cerita silat jawa terbaik